Saturday, October 09, 2010

Kisah Singkat PSPS saat Menjadi Dream Team

Dalam level kompetisi, PSPS Pekanbaru tercatat sebagai juara Divisi I Liga Indonesia (LI) 1999 —selain Persires Rengat yang menjuarai Divisi II LI 2007. Sementara di level turnamen, klub dari ibu kota Provinsi Riau itu pernah pula menjuarai Piala Thamsir Rachman I/2007 dan II/2008. Piala Thamsir Rachman merupakan turnamen sepak bola di Kabupaten Indragiri Hulu (Riau). Thamsir Rachman sendiri adalah nama bupati Kabupaten Indragiri Hulu yang beribu kota di Rengat.

Dalam sejarah persepakbolaan Indonesia, nama PSPS sempat menonjol ketika membentuk (cikal bakal) Dream Team dari Provinsi Riau. Hal itu terjadi pada LI 2002 ketika manajemen PSPS menarik Hendro Kartiko, Bima Sakti, dan Kurniawan Dwi Yulianto. Inilah skuad PSPS di LI 2002: Hendro Kartiko, Tarjaki Lubis, Rahmat Hidayat, Fance Hariyanto (penjaga gawang), Slamet Riyadi, Ricky Nelson, Eko Purjianto, Lilik Suheri, Bertyn, Simon Thin Atangana, Dody Cahyadi, Heri Suwondo, Affan Lubis, Bima Sakti, Edu Juanda, Rusdianto, Azral Pasaribu, Agusrianto, Filipe Cortez, Saktiawan Sinaga, Kurniawan Dwi Yulianto, Taufik Siregar, M. Iqbal, Rino Yuska, dan Amrico.
 
Namun, PSPS yang difavoritkan sebagai salah satu kandidat juara LI ternyata gagal mewujudkannya meskipun dalam klasemen akhir wilayah barat PSPS “hanya” menempati peringkat ke-5. PSPS hanya kalah satu poin dari Persita Tangerang untuk lolos ke babak “8 Besar” LI 2002. Belajar dari pengalaman, PSPS mencoba untuk membentuk lagi Dream Team-nya di LI 2003. Sugiantoro, Uston Nawawi, Aples Tecuari, Erol F.X. Iba, dan Carlos de Mello didatangkan. Hasilnya, sampai pertandingan kelima, PSPS masih belum terkalahkan dengan memperoleh 2 kali menang dan 3 kali seri. Sampailah pada pertandingan yang membuat petaka bagi PSPS.

Dalam pertandingan ke-6, PSPS menyerah 0-1 pada tuan rumah Persijatim Solo FC di Stadion Manahan (Solo) melalui gol tunggal Eka Ramdani (menit 82). Dalam pertandingan inilah terjadi kericuhan yang membuat Hendro Kartiko, Sugiantoro, dan Aples Tecuari terkena skorsing selama 9 bulan tidak boleh bermain. Karenanya, muncullah nama Mbeng Jean sebagai pengganti Hendro Kartiko. Dampaknya, prestasi PSPS pun jeblok. Sofyan Hadi, sang pelatih, mengundurkan diri. Lalu, Agus Kamarusman, sang manajer, pun ikut mundur karena merasa tidak bisa lagi mengangkat prestasi PSPS. Singkat cerita, Jenniwardin (pelatih) dan Jeffri Nazir (manajer) masuk untuk menggantikan keduanya. Setahap demi setahap PSPS berhasil meloloskan diri dari jeratan degradasi. PSPS yang pada awalnya menargetkan menjadi juara, sejak itu menargetkan tidak degradasi. Ironis memang. Akhirnya, PSPS pun bertahan dan menempati peringkat ke-9 klasemen akhir. Era Dream Team pun berakhir dan PSPS kembali ke khittah: menjadi klub biasa.
Namun demikian, ada hikmah dalam fenomena ini bahwa PSPS (dan sejarah persepakbolaan Provinsi Riau pada umumnya) pernah menjadi dan mengenal “Dream Team” dan “Harapan Prestasi”. Ini membuktikan bahwa klub-klub Riau juga dapat berprestasi mengikuti klub-klub (besar dan legenda) lainnya. Cayo PSPS! Bravo sepakbola Indonesia!

Sumber : Novan Media Research

No comments:

Post a Comment